Siapa yang tak tahu Kakek Edi Rosady. Dengan ‘style’ nyentrik dengan topi baret merah, sepatu dinas militer, berbagai atribut khas pejuang veteran dan sebuah lamu pengatur lalu lintas dikenakan olehnya. Sudah tidak asing lagi bagi pengendara pengguna jalan yang melintasi jalan Gang Rendah Pasar Loak TB. Buang – Pocis Kota Serang.
Senyum tulus telihat dari bibir menyapa pengguna jalan dengan wajah selalu riang. Penampilannya yang khas membuat banyak mata tertuju padanya.
“Cuma identitas aja, gak ada maksud yang lain” tuturnya dengan ucapan yang khas.
Kakek Edi tidak memiliki pekerjaan tetap, tubuhnya yang kurus ini tetapi masih terlihat sehat, dia bersyukur masih diberi kesehatan sehingga bisa membantu orang lain dalam memperlancar lalu lintas. “tetap bersyukur dan pola hidup sehat aja” tuturnya.
Selain mengatur lalu lintas, terkadang kakek Edi mendapat panggilan job untuk mengatur jalannya kelancaran lalu lintas ditempat orang hajatan. “Penghasilan dari job tersebut sudah cukup untuk kebutihan sehari-hari” ujarnya.
Setiap sore kakek Edi sempatkan membersihkan madrasah didekat rumahnya tatkala ia selesai mengatur lalu lintas. Atas apa yang ia lakukan, tak jarang ada tetangga yang memberinya makanan. Ia tetap besyukur. Dalam prinsip hidupnya, kakek edi tak pernah mengharapkan apapun dari orang lain. Semua yang ia lakukan semata-mata untuk membantu orang lain.
Senyum tulus telihat dari bibir menyapa pengguna jalan dengan wajah selalu riang. Penampilannya yang khas membuat banyak mata tertuju padanya.
(Bersama salah satu Anggota Polisi)
Kakek berusia 67 tahun ini warga Kaloran Madrasah, Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang yang nyaris setiap hari berada di jalanan. Bukan untuk sekadar duduk santai, namun mengatur jalanan supaya lancar dengan sukarela. Usianya yang tidaklah muda bukan penghalang untuk melakukan aktifitas yang rutin yang dilakukannya sudah hampir 12 tahun. ‘style’ yang saat ini ia pakai karena setelah dilantik menjadi anggota Satuan Tugas ( SATGAS) Cakra Buana tahun 2013 lalu, dan sampai saat ini juga pakaian itu melekat dikesehariannya. Sehingga dirinya mudah diingat oleh pengguna jalan.“Cuma identitas aja, gak ada maksud yang lain” tuturnya dengan ucapan yang khas.
(Dengan sepeda nyentriknya)
Untuk mobilitas kesana kemari, kakek Edi menggunakan sepeda dan berangkat ke tempat tujuannya rutin setiap jam 9 pagi. Sepeda yang digunakannya pun tak kalah kece dari pakaian yang dikenakannya. Dengan penuh aksesoris sampai toa pengeras suara ia sematkan dibagian depan sepedanya. Yang lebih menarik dan kecenya lagi, sepeda yang digunakannya setiap hari merupakan hadiah dari Presiden RI Joko Widodo. “sepeda ini dikasih sama presiden, saya sangat senang, apalagi yang ngasih ini orang nomor satu ini negara ini” ungkapnyaKakek Edi tidak memiliki pekerjaan tetap, tubuhnya yang kurus ini tetapi masih terlihat sehat, dia bersyukur masih diberi kesehatan sehingga bisa membantu orang lain dalam memperlancar lalu lintas. “tetap bersyukur dan pola hidup sehat aja” tuturnya.
Selain mengatur lalu lintas, terkadang kakek Edi mendapat panggilan job untuk mengatur jalannya kelancaran lalu lintas ditempat orang hajatan. “Penghasilan dari job tersebut sudah cukup untuk kebutihan sehari-hari” ujarnya.
Setiap sore kakek Edi sempatkan membersihkan madrasah didekat rumahnya tatkala ia selesai mengatur lalu lintas. Atas apa yang ia lakukan, tak jarang ada tetangga yang memberinya makanan. Ia tetap besyukur. Dalam prinsip hidupnya, kakek edi tak pernah mengharapkan apapun dari orang lain. Semua yang ia lakukan semata-mata untuk membantu orang lain.
Sehat selalu Ki, Pengorbanan mu tidak kenal lelah.
BalasHapus